Apa itu Manunggaling Kawulo Gusti ?
Kalimat "Manunggaling Kawulo Gusti" itu jelas beda dengan kalimat "Sejatiningsun Allah"
Dalam Kalimat "Manunggaling Kawulo Gusti" itu jelas adanya dua subjek yang berbeda,
yang satu adalah Makhluk dan yang satunya adalah Yang Menciptakan Makhluk (Khalik). Yang satu hamba yang menyembah dan yang satunya adalah Dzat yang disembah.
Dua Subjek yang berbeda secara esensi, bagaimana bisa menyatu.? Padahal Makhluk jika dibandingkan dengan Khalik, ya tentu saja hilang.. tidak ada...?
Jadi, yang disebut menyatu atau manunggal di sini adalah ketika Kesadaran sang Makhluk sudah menjadi murni, sehingga dapat menerima pancaran cahaya dan Kuasa Sang Khalik dengan lebih sempurna.
Kesadaran Manusia bergetar dalam frekwensi kesadaran Tauhid. Oneness, Conected, terkoneksi dan terhubung dengan Allah dalam artian yang hakiki...
jadi, yang menyatu itu Kesadaran manusianya. Yang tunduk, takluk, menyembah, dan Ridlo pada sang Pencipta...
Jadi bukannya diri Subjek lebur dengan sang Maha Subject, dan menjadi Maha Subjek. Alias menjadi Tuhan. dan berkkata, AKU ya DIA, DIA ya AKU. AKU = DIA, "Sejatiningsun Allah".
Ini tentu saja pernyataan yang menggelikan, lucu, dan tidak logis alias tidak masuk akal jika dipandang dari sudut pandang manapun saja.
Bagaimana dia mau mengaku menjadi Tuhan, lha wong kalau ndak makan satu hari saja dah pusing tujuh keliling. Ndak kentut, 3 hari saja sudah masuk rumah sakit. Ndak Fesbukan seminggu saja, sudah stress bin depresi...?
Kesadaran Tauhid atau "Manunggaling Kawulo Gusti" ini adalah konsep yang sangat selaras dengan Al-Quran. Bahkan inilah hakikat dari kalimat Laa ilaaha illallah...
Saat seluruh berhala yang memenuhi kesadaran diri kita lenyap, maka disitulah kita dapat menghadap Allah dalam artian yang sebenar-benarnya....
METAFISIKA Vs DIRI SEJATI
Link https://www.youtube.com/watch?v=PLrxW97Jwzk
ONENESS TAUHID.
Walau buku yang dijadikan rujukan pelajaran adalah sama.Tapi ada banyak tafsirnya terkait dengan Konsep Oneness (Manunggaling Kawulo Gusti) ..
Konsep Kesatuan (Oneness) yang diusung Master Quantum zaman dulu itu beraliran Oneness Archetype atau menjadikan Alam semesta sebagai Sang Sumber. Dengan kata lain, Dzat Tuhan imanen di alam semesta. Dzat Tuhan menyatu dengan makhluk. Sehingga dalam tataran kesadaran tertentu, manusia akan dapat mencapai level kesadaran Tuhan. Dan menjadi Tuhan.
Sedangkan konsep Oneness yang sekarang sedang mengemuka adalah Oneness Tauhid. Dzat Tuhan adalah Dzat yang berdiri sendiri. Dzat Tuhan itu berbeda dengan Dzat Makhluk.
Jadi, yang meliputi alam semesta dan juga yang meliputi diri kita. Hanyalah pantulan cahaya dan sifatNya saja. Dan itulah tafsir yang benar dari kalimat "wajah Allah yang kita jumpai kemanapun kita menghadap di alam semesta ini".
Dalam konsep Oneness Tauhid. Dalam tataran kesadaran Oneness. Bukan Dzat kita yang menyatu dalam Dzat Tuhan. Tapi kesadaran kita terserap seutuhnnya dalam Himpunan Cahaya & Sifat-sifat Tuhan.. Sedemikian hingga, manusia dapat memanifestasikan karya yang ditenagai oleh Daya ilahiah ini. Dan inilah hakikat dari sebutan KHALIFATULLAH...
Manusia tetaplah makhluk, sedangkan Tuhan tetaplah Tuhan. Roro ning atunggal.
Kesamaan dari kedua konsep diatas adalah, bahwa Manusia itu adalah Makhluk Khusus yang punya potensi untuk memanifestasikan suatu Daya Adikodrati yang bersifat luar biasa dari Tuhan.
Spiritual Salah Kamar & Oneness Tauhid
Link : https://youtu.be/MByge6oIVfs
NUANSA JALAN SPIRITUAL
Terkait adanya dua aliran besar dalam konsep Oneness, yaitu :- Oneness Tauhid
- Oneness Archetype
Praktisi Oneness Archetype dalam memanifestasikan pengembangan spiritualnya, akan lebih banyak berfokus pada riset di bidang Alchemy untuk menguak rahasia dari simbol-simbol archetype yang ada di alam semesta dan Universal Consciousness.
Nuansa mistis dari praktisi di aliran ini sangat jelas kelihatan. Itu sebabnya, banyak praktisinya yang kemudian menekuni profesi sebagai Shaman, dukun / bomoh.
Sedangkan Nuansa perjalanan spiritual dari Aliran Oneness Tauhid akan lebih banyak berfokus pada kegiatan olah rasa dan bhakti. Tanpa terlalu banyak melibatkan diri pada bidang mistisisme.
~
Demikian kurang lebihnya, Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar